Selasa, 29 Mei 2012

permasalahan pendidikan anak



Pendidikan Anak Sebagai Hasil Observasi di Lingkungan Keluarga, Masyarakat dan Sekolah
            Pengertian pedagogika adalah ilmu mendidik anak atau ilmu pendidikan anak. Pendidikan anak bisa didapatkan dimana saja dari orang dewasa. Baik dilingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dalam pedagogika juga ada pergaulan anak yang merupakan pendidikan. Disinilah saya akan membahas masalah-masalah apa saja yang bersangkuan dengan pendidikan anak beserta refleksinya. Bagaimana kita menyikapi permasalahan tersebut. Dan apa ada hubungannnya antara lingkungan pendidikan dan pergaulan pendidikan.
·        Permasalahan1
 Ada seorang anak perempuan di daerah sekitar rumah saya, baru lulus SMP. Dia mendapatkan nilai ujian nasional cukup tinggi. Dia menginginkan untuk masuk SMA favorit yang ada di Kota Bandung. Akan tetapi biaya untuk masuk SMA favorit tersebut mahal sekali, sedangkan orang tuanya hanya berprofesi sebagai penjual makanan (wiraswasta). Dan orang tuanya pun berfikir apabila dia di masukan ke SMA maka belum tentu orang tuanya bisa menyekolahkan kembali ke perguruan tinggi apabila dia sudah lulus. Oleh karena itu orang tuanya berinisiatif untuk menyekolahkan dia ke SMK, jadi apabila orang tuanya tidak memiliki biaya melanjutkan sekolah, dia bisa bekerja terlebih dahulu. Karena orang tuanya berfikir kalau masa depan manusia tidak ada yang tahu bagaimana jadinya. Tetapi yang menjadi permasalahan, dia tidak menerima dan tidak mau untuk disekolahkan di SMK karena menurutnya kurang elite. Akhirnya dia menjadi manja, sering membantah, dan meminta apa saja yang dia mau, sekalipun harganya tidak dijangkau orang tuanya.

Tanggapan saya: anak ini mungkin sudah terbawa pergaulan yang tidak baik, dia sudah menikmati dunia remajanya tanpa memikirkan keadaan orang tuanya sekarang. Dapat disimpulkan bahwa lingkungan tempat dia bergaul memberikan pendidikan tersendiri agar dia bisa beradaptasi dengan pergaulan yang ada. Pendidikan itu bisa bersifat baik atau buruk, yang diterima anak ini mungkin pendidikan yang tidak baik karena dia sudah terbiasa hidup dengan kemewahan seperti apa yang teman-temannya lakukan sewaktu SMP. Akhirnya dia terbawa dan sudah terbiasa oleh kehidupan yang mewah, sehingga apa yang dia inginkan harus terpenuhi. Ini membuktikan bahwa pendidikan yang diterima anak itu bisa dipengaruhi oleh lingkungan pergaulannya.
·        Permasalahan 2
Ada sebuah keluarga kecil yang baru memiliki anak bayi berumur 9 bulan. Ibu dari anak tersebut selalu memberikan perawatan terbaik untuk anaknya. Apalagi soal kesehatan, ibunya selalu menomor satukan anaknya. Begitupun ayahnya, selalu memberikan fasilitas terbaik untuk anaknya. Disaat anak sudah mulai belajar merangkak, ibunya selalu mengawasi pergerakan anaknya kemanapun dia pergi sekalipun dekat jaraknya. Ibunya sering mengajak dia mengobrol sekalipun tidak ada topik pembicaraan yang jelas, seperti menyanyikan lagu “pok ame ame belalang kupu kupu siang makan nasi kalau malam minum susu”. Kegiatan ini dilakukan sang ibu untuk merangsang sang anak agar bisa menangkap rangsangan apa saja yang datang pada anak tersebut. Akhirnya sang anak pun merespon rangsangan tersebut dengan tertawa kecil.

Tanggapan saya: pendidikan bukan hanya didapatkan di sekolah tetapi di keluarga juga. Pada saat anak masih bayi dia masih membutuhkan orang dewasa agar tumbuh dengan optimal. Sama seperti yang dilakukan orang tua bayi anak ini dengan melakukan rangsangan terhadap anaknya dia bisa memberikan pendidikan yang seharusnya memang harus didapatkan bayi tersebut agar dia bisa mendapatkan tumbuh kembang yang optimal.

·         Permasalahan 3
Saya melakukan observasi di sebuah taman kanak-kanak dekat rumah saya, TK tersebut berbasis Al-Qur’an atau bisa disebut TKA. Saat melakukan observasi kebetulan sedang mata pelajaran olahraga. Pendidikan olahraga untuk anak TK yang diterapkan adalah senam. Sang guru memberikan contoh gerakan senam di depan dengan iringan musik, dan kemudian murid-muridnya menirukan gerakannya. Sebelum memulai senam guru menyiapkan muridnya terlebih dahulu dengan cara berdoa dan baris dengan rapi. Pada saat kegiatan senam berlangsunng ada murid laki-laki yang bandel, tidak menirukan gerakan gurunya malah mengobrol dengan temannya. Sang guru lalu mengahampiri anak tersebut dan mengajaknya untuk mengikuti gerakannya. Setelah selesai anak-anak lalu disiapkan kembali untuk memasuki kelas. Di kelas mereka kembali belajar pelajaran formal. Ada murid yang berantem dengan temannya, guru yang menenangkan. Ada yang menangis karena tidak bisa mengerjakan suatu pekerjaan, ada pula yang bandel tidak mau mengerjakannya. Disini pun guru bertugas untuk menenangkan anak agar mau menuruti apa yang diperintahkannya.

Tanggapan saya: pendidikan di sekolah bukan hanya pendidikan yang bersifat fisik atau formal saja seperti ilmu pengetahuan, tetapi moral, sikap dan perilaku juga merupakan pendidikan yang penting untuk diajarkan kepada murid dari org dewasa. Pendidikan ini baik untuk diajarkan kepada anak agar nantinya dia bisa bersikap dengan baik di lingkungannya tempat dia tinggal dan beraktivitas. Seperti halnya contoh yang diberikan guru TK tersebut terhadap muridnya agar tidak berantem kembali merupakan pendidikan moral. Pendidikan moral ini sangat tepat apabila diajarkan di terapkan sejak usia dini, apalagi di sekolah taman kanak-kanak. Karena mereka akan lebih menerima apa yang dia dapat bila umurnya masih kecil.

·        Permaslahan 4
Ada seorang anak yang baru memasuki sekolah SMA, emosinya masih labil. Senang mengikuti apa yang teman-temannya lakukan. Pada suatu saat, saya datang ke rumahnya untuk mengajak dia mengaji, tetapi setelah datang kerumahnya dia tidak berada di rumah, ternyata dia masih main dengan teman-temannya yang lain. setelah dia sampai dirumah sewaktu adzan maghrib, bapaknya langsung memarahinya dengan kata-kata seperti ini, “ wayah kieu karek balik, teu inget lamun rek ngaji” sambil menjewer kuping anaknya. Lalu dia pun menangis. Setelah itu kami berangkat mengaji dengan suasana yang tidak nyaman.

Tanggapan saya: orang tua memberikan kata-kata yang kasar atau hukuman berupa tindakan fisik bukan karna kekerasan fisik atau tidak belas kasihan terhadap anak. Tetapi orang tua tersebut sayang dan khawatir terhadap anaknya yang belum pulang main padahal sudah maghrib. Ini merupakan salah satu pendidikan anak tentang pendidikan etika dan moral dalam berperilaku di keluarga maupun masyarakat, lagipula tidak baik apabila seorang anak perempuan berkeliaran di jalan saat malam hari.

·        Permasalahan 5
Saya mempunyai seorang teman sewaktu SMK. Orang tuanya dia bercerai pada saat akan ujian nasional kelas 3 SMK. Saya sebagai sahabatnya selalu mensupport dia agar tidak menurun semangat beajarnya. Akan tetapi pada saat pra ujian nasional dia mendapatkan nilai yang kecil, saya pun berfikiran dia kaget dengan keadaan dia seperti ini, sehingga mempengaruhi kegiatan belajarnya. Setelah itu saya tidak hentinya memberikan support kepada dia, dengan memberikan pinjaman buku snmptn. Dan tidak disangka dia bisa masuk jurusan akuntansi d3 Unpad dengan jalur SMUP. Sungguh seluruh kelas pun terheran-heran karena dalam bidang akademik dia tidak terlalu menonjol di kelas. Sempat saya melihat status facebooknya pada saat diterima di unpad “walaupun orang tua saya tidak bersatu kembali, tapi saya ingin membuktikan bahwa aku bisa membanggakan mereka”. Sebagai teman saya merasa terharu sekaligus bangga terhadap dia.

Tanggapan saya: setiap orang pasti mempunyai masalah, dan setiap oranng mempunyai cara sendiri untuk menanggapi masalah tersebut. Yang dilakukan teman saya ini bagus, karena menjadikan sebuah masalah sebagai motivasi dan acuan bagi dia menjadi manusia yang lebih baik. Pendidikan anak yang kita dapatkan dari peristiwa ini adalah pendidikan semangat dalam mengahadapi masalah dan menjadikannya sebuah motivasi dan acauan positif  bagi anak dalam bertindak.

·        Permasalahan 6
Sebagai seorang mahasiswi pasti mempunyai jadwal kuliah yang tidak menentu. Terkadang ada saja jam kosong salam satu hari untuk menuju jam mata kuliah berikutnya. Saya sering mengisi waktu dengan sekedar mengobrol di kostan teman. Karena sudah terbiasa main dan bercanda saat ke kostan teman. Saya sampai lupa bahwa kostan tersebut bukan milik teman saya tetapi teman saya lah yang menyewa, sehingga peraturan kostan pun sesuai dengan pemiliknya. Secara tidak sengaja saya melewati tangga kostan karena kostan teman saya ada dilantai 2, di tangga ada seorang ibu-ibu yang berbicara seperti ini “cing atuh ai tamu teh kuduna bilang punten kitu setidaknya mah”. Saya pun menyadari bahwa ibu itu menyindir saya, langsung saya meminta maaf terhadap ibu tersebut. Semenjak kejadian tersebut saya pun menjadi lebih memperhatikan tingkah laku saya saat berada di rumah orang lain walaupun itu hanya kostan.

Tanggapan saya: tatakrama harus kita terapkan dimana saja dan kapan saja tidak mengenal itu di rumah atau tempat siapa. Karena dengan tata kesopanan kita bisa menjalin hubungan kemasyarakatan dengan baik. Seperti contohnya saling bertegur sapa saat berpaspasan jalan dengan orang. Ini merupakan salah satu contoh pendidikan anak tentang kesopanan dan tatakrama dalam masyarakat.

perkembangan murid sekolah dasar


kls
FISIK ATAU MOTORIK
KOGNITIF
EMOSI
SOSIAL
BAHASA
MORAL
AGAMA
1
siswa masih banyak bergerak dan gerakannya pun belum bisa terkonsep dan tidak teratur

Cenderung ingin selalu dilayani

Siswa suka mencari perhatian, apabila direspon maka akan gembira
Siswa belum percaya diri dalam mengisi soal-soal sendiri sehingga hasil jawabannya sering disamakan atau dicocokkan dengan temannya
Emosi siswa masih belum terkontrol

Terkadang bisa marah tanpa sebab
Dalam hal membuang sampah siswa masih harus diarahkan oleh guru, sehingga guru berperan penting menjadi model
Pada umumnya siswa lebih banyak menggunakan bahasa ibu
Moral yang ditumbuhkan dalam siswa masih harus dipandu oleh guru
Untuk mempelajari agama, siswa diimbau untuk menghafal doa sehari-hari dengan metode hafalan
2
Saat diberi tugas siswa konsentrasi dan tenang, apabila tugasnya sudah diselesaikan siswa aktif untuk mengumpulkan kepada guru

Suka berlari-lari saat belajar di kelas

Perempuan lebih aktif dari pada laki-laki

Saat guru bertanya ada siswa yang aktif dan ada pula yang kurang fokus

Siswa bisa mempraktekan apa yang ibu guru peragakan
Siswa ada yang cepat dan lambat dalam menulis dan sebagian siswa sudah dapat membaca tanpa dieja dan sebagiannya lagi masih dieja

Pengetahuan yang dimiliki siswa pun masih terbatas

Siswa masih belum bisa fokus ke pembelajaran sepenuhnya

Siswa sudah bisa menghafal bacaan shalat

Ada siswa yang masih suka bertengkar saat menulis

Ada pula siswa yang mudah tersinggung

Siswa saling menyayangi dengan teman

Siswa mampu bersikap adil saat meminjamkan barang kepada yang terlebih dahulu minta ijin

Siswa belum mengerti perbedaan laki-laki dan perempuan

Siswa sudah bisa berkomunikasi dengan guru

Siswa sudah mengerti meminta ijin terlebih dahulu sebelum meminjam
Siswa pada umumnya menggunakan bahasa ibu namun saat ditanya, mereka mengaku menggunakan bahasa Indonesia dalam kegiatan sehari-hari

Siswa dapat berinteraksi dengan teman sebaya
Siswa tidak mencontek dalam mengerjakan tugas dan bersikap jujur

Siswa meminta ijin terlebih dahulu sebelum meminjam barang temannya
Bacaan sholat siswa sudah lancar

Ada siswa  perempuan yang sudah sadar menggunakan kerudung

Saat berdoa ada siswa yang khusu tetapi ada juga yang tidak

Siswa mengucapkan salam bila ada orang lain masuk ke kelas
3
Siswa rata-rata belum bisa duduk dengan posisi yang benar saat menulis

Siswa sudah bisa memegang pensil, menggunakan penyerut dan menulis dengan baik

Ada beberapa siswa yang pandangan matanya belum benar saat membaca buku

Siswa masih suka berjalan-jalan dan bernyanyi dalam kelas

Ada siswa yang menghentak-hentak meja saat pembelajaran

Siswa sudah bisa bermain bersama temannya dengan menggunakan permainan anak seperti tepuk-tepuk
Siswa sudah bisa menyalin cerita yang ada di buku dengan huruf tegak bersambung ke dalam buku tulisnya, namun tulisannya masih kurang rapih

Ada siswa yang sudah bisa menulis cepat dan ada juga anak yang masih lambat dalam menulis

Ada siswa yang sudang bisa menggambar dengan mengkombinasikan warna yang ada

Siswa mudah sekali dalam mengahafal lagu


Siswa merasa sedikit terganggu dengan kedatangan orang asing dan cenderung gugup, bila sudah didekati maka mereka pun bisa menyesuaikan diri dengan orang asing tersebut

Siswa masih malu-malu dengan hasil belajarnya dan merasa kurang percaya diri

Siswa cenderung ikut-ikutan dengan temannya, satu buang air kecil, beberapa siswa yang lainnya mengikuti
Siswa sudah memiliki keberanian maju ke depan kelas saat di perintah
Siswa berbaris terlebih dahulu sebelum memasuki kelas

Siswa saling membantu dengan temannya

Siswa bisa berkomunikasi  dengan baik dan bermain-main dengan temannya

Siswa pun sudah bisa menangkap informasi saat berkomunikasi

Ada seorang siswa perempuan yang berpenampilam seperti laki-laki
Kebanyakan siswa berkomunikasi dengan menggunkan bahasa ibu

Saat berkomunikasi dengan gurunya, siswa menggunakan bahasa yang tidak baku, seperti, “Bu, pengen pipis.”

Saat siswa mengobrol dengan teman sebayanya menggunakan bahasa sehari-hari
Siswa masih terlihat bebas karena belum mengerti moral dan kesopanan, tapi bukan berarti sikap mereka buruk, hanya saja mereka belum terlalu mengerti dengan moral dan nilai kesopanan

Ada siswa yang berani duduk di meja dan berani berdiri dikursi saat pembelajaran
Siswa mengucapkan salam kepada guru dan berdoa saat sebelum pembelajaran dimulai

Sekolah mengimbau siswa menggunakan kerudung pada hari jum’at, dan ada sebagian anak perempuan yang menggunkan kerudung
4
Guru menggunakan metode ceramah sehingga siswa kurang terlihat aktif dalam bergerak

Siswa laki-laki lebih aktif dari pada anak perempuan, saat mengacungkan tangan laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan
Saat pembelajran siswa kebingungan dengan materi yang diajarkan guru, adapun siswa yang menguap saat pembelajaran

Tulisan anak beragam, ada yang sudah rapih dan ada yang belum rapih

Ada beberapa siswa yang pintar dalam kelas
Siswa laki-laki emosi nya tinggi bila dikalahkan oleh siswa perempuan

Siswa laki-laki lebih percaya diri dari pada siswa perempuan yang masih malu-malu
Siswa sudah mengerti perbedaan jenis kelamin antara perempuan dan laki-laki, sehingga susah bersosialisasi dengan lawan jenis

Siswa mudah berantem oleh hal-hal kecil seperti, meminjamkan dasi kepada temannya

Siswa yang berjenis kelamin sama mulai suka bergerombolan atau berkelompok
Siswa rata-rata menggunakan bahasa ibu
Siswa lebih suka menghafal lagu-lagu populer dari pada lagu nasional
Siswa berdoa terlebih dahulu sebelum memulai belajar
5
Siswa relati cepat dalam bergerak seperti aktif bertanya pada guru dengan mengacungkan tangan

Pergerakan yang siswa lakukan sudah bisa terkontrol oleh dirinya sendiri
Siswa aktif sekali dalam bertanya dan saat menjawab, jawabannya pun beragam

Siswa sudah bisa menganalogikan sesuatu

Siswa sudah mampu berkelompok dengan baik dalam pembelajaran
Emosi siswa sudah bisa terkontrol oleh dirinya sendiri sehingga sudah tidak ribut lagi

Siswa sudah mengerti keadaan kelas bagaimana
Siswa bersikap jujur dalam bertanya

Saling membantu temannya dalam berkelompok

Siswa pada umumnya menggunakan bahasa ibu yang kasar dan bahasa Indonesia, sehingga dipadukan diantara keduanya
pembelajaran
Siswa masih ada yang menggunakan jaket dan topi saat pembelajaran

Siswa sudah mengerti dan menggunkan gaya rambut zaman sekarang yang menyimpang

Siswa sudah bisa meminta ijin dalam meminjam barang temannya

Ada siswa yang menggunkan cermin saat pembelajaran
Siswa berdoa terlebih dahulu sebelum belajar

Sudah ada dua siswa perempuan yang menggunakan kerudung
6
Siswa sudah bisa menggunakan alat musik tradisional, bernyanyi dan berkelompok

Siswa sudah bisa bermain dengan teman sebayanya

Siswa sudah bisa merespon penampilan temannya dengan bertepuk tangan
Siswa bisa menghafal lirik dan notasi cara bermain alat music yang akan dimainkan saat akan dites

Ada siswa yang bisa menyesuaikan nada lagu yang dimainkan oleh temannya menggunakan meja dengan cara dihentak-hentakkan
Siswa kurang bergembira saat ujian praktek dan merasa tegang saat akan dites

Ada siswa yang menyendiri dan melakukan hal-hal yang aneh karena gugup menghadapi tes

80% Siswa percaya diri meghadapi tes, 10% masih malu-malu dan 10% sisanya percaya diri berlebihan

Ada seorang siswa perempuan menangis lalu seorang siswa laki-laki perhatian terhadapnya
Siswa sudah bisa berbagi dengan temannya dalam hal makanan

Siswa terbiasa menyapa guru dengan sapaan dan salam

Ada siswa laki-laki yang mengejek anak perempuan

Pembentukan kelompok dengan sesame temannya sudah terlihat jelas

Bila ada temannya lupa llirik saat tes, siswa lainnya mengingatkan
Siswa sering menggunakan bahasa sunda loma
Ada beberapa siswa yang menggunakan bahasa anak
Ada seorang siswa yang sudah memiliki gaya berbusana tersendiri

Siswa sudah membawa handphone dan merasa ingin pamer dengan temannya

Sudah menyadari akan pentignya kebersihan diwujudkan dalam membuang sampah pada tempatnya

Ada seorang anak yang meledek temannya yang sedang menjalani tes

Pakaian siswa pada umumnya sudah rapih


Siswa sudah bisa bersikap sopan terhadap orang asing (observer)

Siswa sudah bisa saling menghargai temannya
Siswa berdoa terlebih dahulu sebelumujian dimulai