Pendidikan Anak Sebagai Hasil Observasi
di Lingkungan Keluarga, Masyarakat dan Sekolah
Pengertian pedagogika adalah ilmu mendidik anak atau ilmu
pendidikan anak. Pendidikan anak bisa didapatkan dimana saja dari orang dewasa.
Baik dilingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dalam pedagogika juga
ada pergaulan anak yang merupakan pendidikan. Disinilah saya akan membahas
masalah-masalah apa saja yang bersangkuan dengan pendidikan anak beserta
refleksinya. Bagaimana kita menyikapi permasalahan tersebut. Dan apa ada
hubungannnya antara lingkungan pendidikan dan pergaulan pendidikan.
·
Permasalahan1
Ada seorang anak perempuan di daerah sekitar
rumah saya, baru lulus SMP. Dia mendapatkan nilai ujian nasional cukup tinggi.
Dia menginginkan untuk masuk SMA favorit yang ada di Kota Bandung. Akan tetapi
biaya untuk masuk SMA favorit tersebut mahal sekali, sedangkan orang tuanya
hanya berprofesi sebagai penjual makanan (wiraswasta). Dan orang tuanya pun
berfikir apabila dia di masukan ke SMA maka belum tentu orang tuanya bisa
menyekolahkan kembali ke perguruan tinggi apabila dia sudah lulus. Oleh karena
itu orang tuanya berinisiatif untuk menyekolahkan dia ke SMK, jadi apabila
orang tuanya tidak memiliki biaya melanjutkan sekolah, dia bisa bekerja
terlebih dahulu. Karena orang tuanya berfikir kalau masa depan manusia tidak
ada yang tahu bagaimana jadinya. Tetapi yang menjadi permasalahan, dia tidak
menerima dan tidak mau untuk disekolahkan di SMK karena menurutnya kurang
elite. Akhirnya dia menjadi manja, sering membantah, dan meminta apa saja yang
dia mau, sekalipun harganya tidak dijangkau orang tuanya.
Tanggapan
saya: anak ini mungkin sudah terbawa pergaulan yang tidak baik, dia sudah
menikmati dunia remajanya tanpa memikirkan keadaan orang tuanya sekarang. Dapat
disimpulkan bahwa lingkungan tempat dia bergaul memberikan pendidikan
tersendiri agar dia bisa beradaptasi dengan pergaulan yang ada. Pendidikan itu
bisa bersifat baik atau buruk, yang diterima anak ini mungkin pendidikan yang
tidak baik karena dia sudah terbiasa hidup dengan kemewahan seperti apa yang
teman-temannya lakukan sewaktu SMP. Akhirnya dia terbawa dan sudah terbiasa
oleh kehidupan yang mewah, sehingga apa yang dia inginkan harus terpenuhi. Ini
membuktikan bahwa pendidikan yang diterima anak itu bisa dipengaruhi oleh
lingkungan pergaulannya.
·
Permasalahan 2
Ada
sebuah keluarga kecil yang baru memiliki anak bayi berumur 9 bulan. Ibu dari
anak tersebut selalu memberikan perawatan terbaik untuk anaknya. Apalagi soal
kesehatan, ibunya selalu menomor satukan anaknya. Begitupun ayahnya, selalu
memberikan fasilitas terbaik untuk anaknya. Disaat anak sudah mulai belajar
merangkak, ibunya selalu mengawasi pergerakan anaknya kemanapun dia pergi
sekalipun dekat jaraknya. Ibunya sering mengajak dia mengobrol sekalipun tidak
ada topik pembicaraan yang jelas, seperti menyanyikan lagu “pok ame ame
belalang kupu kupu siang makan nasi kalau malam minum susu”. Kegiatan ini
dilakukan sang ibu untuk merangsang sang anak agar bisa menangkap rangsangan
apa saja yang datang pada anak tersebut. Akhirnya sang anak pun merespon
rangsangan tersebut dengan tertawa kecil.
Tanggapan
saya: pendidikan bukan hanya didapatkan di sekolah tetapi di keluarga juga.
Pada saat anak masih bayi dia masih membutuhkan orang dewasa agar tumbuh dengan
optimal. Sama seperti yang dilakukan orang tua bayi anak ini dengan melakukan
rangsangan terhadap anaknya dia bisa memberikan pendidikan yang seharusnya
memang harus didapatkan bayi tersebut agar dia bisa mendapatkan tumbuh kembang
yang optimal.
·
Permasalahan
3
Saya
melakukan observasi di sebuah taman kanak-kanak dekat rumah saya, TK tersebut
berbasis Al-Qur’an atau bisa disebut TKA. Saat melakukan observasi kebetulan
sedang mata pelajaran olahraga. Pendidikan olahraga untuk anak TK yang
diterapkan adalah senam. Sang guru memberikan contoh gerakan senam di depan
dengan iringan musik, dan kemudian murid-muridnya menirukan gerakannya. Sebelum
memulai senam guru menyiapkan muridnya terlebih dahulu dengan cara berdoa dan
baris dengan rapi. Pada saat kegiatan senam berlangsunng ada murid laki-laki
yang bandel, tidak menirukan gerakan gurunya malah mengobrol dengan temannya.
Sang guru lalu mengahampiri anak tersebut dan mengajaknya untuk mengikuti
gerakannya. Setelah selesai anak-anak lalu disiapkan kembali untuk memasuki
kelas. Di kelas mereka kembali belajar pelajaran formal. Ada murid yang
berantem dengan temannya, guru yang menenangkan. Ada yang menangis karena tidak
bisa mengerjakan suatu pekerjaan, ada pula yang bandel tidak mau mengerjakannya.
Disini pun guru bertugas untuk menenangkan anak agar mau menuruti apa yang
diperintahkannya.
Tanggapan
saya: pendidikan di sekolah bukan hanya pendidikan yang bersifat fisik atau
formal saja seperti ilmu pengetahuan, tetapi moral, sikap dan perilaku juga
merupakan pendidikan yang penting untuk diajarkan kepada murid dari org dewasa.
Pendidikan ini baik untuk diajarkan kepada anak agar nantinya dia bisa bersikap
dengan baik di lingkungannya tempat dia tinggal dan beraktivitas. Seperti
halnya contoh yang diberikan guru TK tersebut terhadap muridnya agar tidak
berantem kembali merupakan pendidikan moral. Pendidikan moral ini sangat tepat
apabila diajarkan di terapkan sejak usia dini, apalagi di sekolah taman
kanak-kanak. Karena mereka akan lebih menerima apa yang dia dapat bila umurnya
masih kecil.
·
Permaslahan 4
Ada
seorang anak yang baru memasuki sekolah SMA, emosinya masih labil. Senang
mengikuti apa yang teman-temannya lakukan. Pada suatu saat, saya datang ke
rumahnya untuk mengajak dia mengaji, tetapi setelah datang kerumahnya dia tidak
berada di rumah, ternyata dia masih main dengan teman-temannya yang lain.
setelah dia sampai dirumah sewaktu adzan maghrib, bapaknya langsung memarahinya
dengan kata-kata seperti ini, “ wayah kieu karek balik, teu inget lamun rek
ngaji” sambil menjewer kuping anaknya. Lalu dia pun menangis. Setelah itu kami
berangkat mengaji dengan suasana yang tidak nyaman.
Tanggapan
saya: orang tua memberikan kata-kata yang kasar atau hukuman berupa tindakan
fisik bukan karna kekerasan fisik atau tidak belas kasihan terhadap anak.
Tetapi orang tua tersebut sayang dan khawatir terhadap anaknya yang belum
pulang main padahal sudah maghrib. Ini merupakan salah satu pendidikan anak
tentang pendidikan etika dan moral dalam berperilaku di keluarga maupun
masyarakat, lagipula tidak baik apabila seorang anak perempuan berkeliaran di
jalan saat malam hari.
·
Permasalahan 5
Saya
mempunyai seorang teman sewaktu SMK. Orang tuanya dia bercerai pada saat akan
ujian nasional kelas 3 SMK. Saya sebagai sahabatnya selalu mensupport dia agar
tidak menurun semangat beajarnya. Akan tetapi pada saat pra ujian nasional dia
mendapatkan nilai yang kecil, saya pun berfikiran dia kaget dengan keadaan dia
seperti ini, sehingga mempengaruhi kegiatan belajarnya. Setelah itu saya tidak
hentinya memberikan support kepada dia, dengan memberikan pinjaman buku snmptn.
Dan tidak disangka dia bisa masuk jurusan akuntansi d3 Unpad dengan jalur SMUP.
Sungguh seluruh kelas pun terheran-heran karena dalam bidang akademik dia tidak
terlalu menonjol di kelas. Sempat saya melihat status facebooknya pada saat
diterima di unpad “walaupun orang tua saya tidak bersatu kembali, tapi saya
ingin membuktikan bahwa aku bisa membanggakan mereka”. Sebagai teman saya
merasa terharu sekaligus bangga terhadap dia.
Tanggapan
saya: setiap orang pasti mempunyai masalah, dan setiap oranng mempunyai cara
sendiri untuk menanggapi masalah tersebut. Yang dilakukan teman saya ini bagus,
karena menjadikan sebuah masalah sebagai motivasi dan acuan bagi dia menjadi
manusia yang lebih baik. Pendidikan anak yang kita dapatkan dari peristiwa ini
adalah pendidikan semangat dalam mengahadapi masalah dan menjadikannya sebuah
motivasi dan acauan positif bagi anak
dalam bertindak.
·
Permasalahan 6
Sebagai
seorang mahasiswi pasti mempunyai jadwal kuliah yang tidak menentu. Terkadang
ada saja jam kosong salam satu hari untuk menuju jam mata kuliah berikutnya.
Saya sering mengisi waktu dengan sekedar mengobrol di kostan teman. Karena
sudah terbiasa main dan bercanda saat ke kostan teman. Saya sampai lupa bahwa
kostan tersebut bukan milik teman saya tetapi teman saya lah yang menyewa,
sehingga peraturan kostan pun sesuai dengan pemiliknya. Secara tidak sengaja
saya melewati tangga kostan karena kostan teman saya ada dilantai 2, di tangga
ada seorang ibu-ibu yang berbicara seperti ini “cing atuh ai tamu teh kuduna
bilang punten kitu setidaknya mah”. Saya pun menyadari bahwa ibu itu menyindir
saya, langsung saya meminta maaf terhadap ibu tersebut. Semenjak kejadian
tersebut saya pun menjadi lebih memperhatikan tingkah laku saya saat berada di
rumah orang lain walaupun itu hanya kostan.